Minggu, 30 Mei 2021

Bertambah Dewasa

Kalau kata Nadin, "Pada akhirnya kami semua berkawan dengan sebentar". Yaa mungkin benar adanya kata itu.

Kata nadin, "Kita bertambah dewasa". Tapi apakah yang seharusnya adalah dipaksa dewasa karena keadaan dan masa?

Lalu kata Nadin "Kita akan tertawa dengan air mata".

Tunggu.. Aku belum menjadi apa-apa, sedangkan mereka sudah menjelma luar biasa.

Tapi, Nadin pun menjawab "Pada akhirnya aku berdoa dan Kita masih saja berusaha". 

Dari sini aku mengerti, bertambah dewasa menjadikan sepi adalah kawan paling setia.

Selamat bertambah dewasa manusia kuat ❤️

Selasa, 31 Desember 2019

Our Story Is Still Waiting To be Written...


Kiranya Desember adalah sebuah akhiran dari lembar cerita ini. 

Sama seperti kamu yang datang untuk menutup perjalanan menjadi langkah awal cerita yang lebih panjang. Segalanya lengkap, sayang. Berkatmu, kutemukan banyak pelajaran yang mengagumkan. Sederhananya bernama kenangan. Dan selebihnya adalah doa pengharapan. 

Percayalah, tidak ada kata yang lebih bahagia, selain saat kita berjalan bersama. Bukan berarti saat kita terhalang jarak aku tak merasakan bahagia. Segala kekhawatiran meramu ketika kita berada pada ruang berbeda. Di antara waktu dan angka di dalamnya selalu tumbuh rindu yang perlu dirawat dan dijaga. 

Terimakasih selalu hadir menemani lembar hitam putih kisah ini.
Terimakasih atas sabar untuk menghadapi sikap atau mungkin perasaanku yang datang kadang tak wajar.
Terimakasih untuk kehangatan dengan teduhmu yang ramah sebagai tempatku berpulang kerumah.
Dan terimakasih atas hadirmu, dengan motor kesayangan yang sudah sering membawa kita berputar tidak tahu arah namun selalu ada tempat berhenti untuk kita bersandar.

Sekali lagi, terimakasih yaa.   

Jombang, 31 Desember 2019. 

Kamis, 14 November 2019

Bicarakan, Waktu.

Waktu bagiku adalah proses penantian, sebuah kenyamanan yang sedang kutemukan dibalik persembunyian, doa di masa depan yang penuh keambiguan, dan bertemu seorang yang teristimewakan.


Ya, aku mengakui dan mengagumi, kamu. Aku dan kamu memang belum lama bertemu, tapi kita dekat kan? Iya, sedekat jauh yang mencoba didekatkan. Kita dekat, seperti jarum jam yang terus berputar tak pernah mencoba bertengkar. Baiklah, sekarang ijinkan aku untuk mengantarkan pesan menuju ruang hatimu.

Waktu bagimu saat ini, mungkin hampir sama denganku. Sama-sama sedang dipertemukan, sama-sama berada pada saat yang dibutuhkan, dan mungkin sama-sama menyimpan perasaan. Pada waktumu ini, aku ingin berbagi setiap detikku untukmu, akan kutitipkan pula rindu berjaga-jaga jika kamu butuh aku, aku siap ada disebelahmu.

Waktu kita bertemu, tidak pernah disangka akan berjalan seperti ini bukan? Kemarin kita adalah seorang teman yang dipertemukan dalam baris pencari pengetahuan. Aku masih ingat betul, bagaimana manis senyummu menampakkan dua garis merengkuh, seakan memeluk penuh rindu. Dan sorot tatapanmu yang tajam seoalah memberi arti nyaman. Hey kamu masih ingatkan?

Dan waktu-nya telah direncanakan dengan ketetapannya. Segalanya berjalan dengan semestinya. Segalanya adalah misteri. Segalanya adalah alur Ilahi. Sampai kita bicara soal hati, semua akan mejadi teka-teki. Bila tidak pas akan terbuang dan terganti. Tidak ada yang mengira aku dan kamu akan menjadi seperti ini, selain kami. Iya kami, antara aku, kamu dan Tuhan. Aku selalu berdoa kepada-nya untuk terus diberi kekuatan dalam menunggu waktu. Karenya kekuatan itu berasal. Aku juga meminta siap datang untuk bertahan, dan siap pergi mencoba mengikhlaskan, tapi tunggu bukan berarti aku siap untuk melupakanmu. Karena akan sulit bagiku untuk melepaskanmu. Hari ini dan masa depan. Kita tidak akan tahu waktu mana yang terbaik untuk kami. Cukup percayalah, tanpa perlu resah.  Niscaya doa baik akan turut mengamini.

Surabaya, 14 November 2019

Selasa, 21 Mei 2019

Aku tidak memaksa atau menyuruhmu untuk disini.
Jangan berjanji.
Aku tidak mau kamu terpaksa menaati.
Jika hanya ingin sementara singgah disini.
Biarlah aku menikmati.
Waktu sekejap untuk pengobat sepi.
Namun, biarkan juga aku berharap lebih.
Semoga kamu tetap disini.
Bersarang dihati.
Mengalir dalam nadi.
Tidak pergi.
Tidak sementara disini.
Bukan karena ada jalan buntu lagi.
Juga tidak tahu mau kemana,
Dan harus pergi ke mana.
Tapi karena sadar, memilih untuk tinggal.



Kamu, lagi.

Senin, 20 Mei 2019

Untukmu doa yang selalu ku sebut sebagai suatu hari, juga semoga yang selalu teramini. Perihal harapku yang terlalu tinggi atau hanyalah bunga mimpi. Kau disana berjuang, sedang aku disini menanti. Aku tak tahu kabar apa yang terjadi dihari ini. Atau lalu siapa yang mulai menyapa hati. Aku selalu bertahan. Terus mencoba paham bagaimana cara menghargai perasaan, juga menahan bagaimana, agar aku mulai mengurangi keegoisan serta kecurigaan. Darinya aku selalu belajar banyak pelajaran, 'bahwa jangan pernah meminta seseorang untuk mengerti keadaanmu'. Sejatinya, dalam hidup, setiap orang punya pilihan. Juga punya hati dan otak untuk menentukan. Jadi perihal paham yang tak lagi diperdulikan, itu sebuah keputusan yang tak bisa dipertanyakan. Ingat, dunia bukanlah sebuah permainan, semua harus dijalani dengan keseriusan. Dan pada sebuah jarak yang kian lama kian membentang, aku harap ini menjadi dasar kesabaran.



Kamu.

Kamis, 18 April 2019

Dariku

Kita semua tahu, bagian terpenting dalam hidup ini adalah bagaimana kita memuliakan sesama manusia. Memang tidak mudah untuk dijalankan. Dan benar butuh pengorbanan. 
Namun kali ini, aku ingin semua baik-baik saja. Apapun yang mereka pikirkan tentang aku, anggap saja semua sudah berlalu. Tentang bagaimana penilaian mereka padaku, tentang perlakuan manis mereka di depanku, ataupun bisikan yang tidak-tidak atas aku.

Bagiku yang paling utama, saat ini adalah penilaian di mata Sang Pencipta. Sebagaimana aku mengaminkan doa-doa yang tak akan pernah reda. Karena aku ingin hidup layaknya alam, begitu luas, liar namun selalu tentram. 
Pada senja-senja yang terbit di balik muram, sejujurnya aku tidaklah mendendam. Tidak! 
Untuk sekian kalinya aku pun bersyukur. Atas nikmat Sang Pencipta, aku berada di dekat orang-orang yang mengenalku dengan baik. Terlebih, aku selalu ingat pada hati selain aku. Akan pesan yang selalu merintih, seakan beban teramat pedih. Tanpa mereka tahu, aku selalu ingin berdamai pada kisah-kisah terdahulu. Aku tidak mau dipandang murka, atas nikmat dunia. Sedang Dia tetap pada pesan yang berbunyi ketidakberpihakan.

Dengan segala kerendahan hati, beribu maaf bertubi. Dan terimakasih, atas semua kebaikan yang selalu terlantunkan. Dalam kisah ini, aku mendapatkan banyak kesempatan penuh pendewasaan. Semoga senja dan pesanmu, berakhir dengan tabir bahagia. Sepatutnya aku ingin Dia merasakan kebahagian pula. 
Bukan bermaksud aku berbahagia di atas perpisahanmu. Atau aku berbahagia di atas kepedihanmu.

Jauh dari kata itu, aku ingin Dia bahagia selayaknya Sang Pencipta menerbitkan senja di antara kegelapan petang.
Aku ingin melihat Dia bahagia tanpa harus menyimpan rasa luka.
Aku ingin melihat Dia tersenyum bahagia, meski keadaan berpura untuk baik-baik saja.
Maaf dariku, atas segala ketidaktahuan. Hingga menciptakan jarak di antara jurang pemisah.
Maaf dariku, Maaf.
Dengan segala pengharapan, semoga bahagiamu dapat menjadi kenyataan. 
Semoga.


Dariku, 
Untuk sepenggal kisah yang tertinggal

Selasa, 09 April 2019

Derap

Yang tak bersuara, tapi bicara
Yang tenang, tapi juga tak diam saja
Ada yang saling menjauhi
Ada pula yang belajar menghampiri
Dan ada aku yang tak mau pergi dari sini

Bertambah Dewasa

Kalau kata Nadin, " Pada akhirnya kami semua berkawan dengan sebentar ". Yaa mungkin benar adanya kata itu. Kata nadin, " Kit...