Kamis, 21 Februari 2019

Ada Apa Dengan Rasa Lapar ?


Kalian pernah gak sih berpikir bagaimana ya rasa lapar itu bisa muncul ? Terkadang ada orang yang dikit-dikit sudah lapar, ujungnya makan. Ada juga nih yang gak doyan makan, jadi cuma makan waktu lapar doang. Kalo gak lapar ? Ya gak makan :(

Disini aku bakalan kasih tahu, sekilas pengetahuan tentang rasa lapar. Ternyata rasa lapar itu bukan hanya sebuah sinyal untuk kita ingin makan. Disamping itu ada beberapa teori psikologi tentang rasa lapar. Agak panjang sih penjelasannya, tapi tenang itu penting kok. Yuk, sharing!

Yang pertama yaitu Teori Set Points Assumption.
Rasa lapar banyak diatribusikan sebagai defisit energi, dan melihat makanan sebagai sumber untuk mengoptimalkan energi kembali. Setelah meal (makan besar) sumber energi seseorang diasumsikan mendekati set point nya dan menurun setelah tubuh menggunakan energi untuk memberi bahan bakar pada proses fisiologis. Ketika sumber energi turun dari set point maka hal tersebut akan memotivasi seseorang untuk makan besar lagi. Dan hal itu berlangsung terus menerus hingga set point tercapai. 

Yang kedua yaitu Teori Set Point Glukostatik dan Lipostatik beberapa peneliti mengatakan bahwa makan diatur oleh sebuah sistem yang didesain untuk mempertahankan set point glukosa darah. Saat kita lapar tingkat glukosa rendah sedangkan saat kita merada kenyang menandakan tingkat glukosa telah mencapai set pointnya, beberapa variasi dari teori tersebut dinamakan teori glukostatik. Teori lipostatik mengemukakan bahwa setiap orang memiliki set point untuk lemak tubuh, deviasi dari set point ini menghasilkan penyesuaian konsempatorik ada kadar lemak tubuh sehingga mencapai set point nya. Jadi, Teori glukostatik dan lipostatik saling melengkapi ya. Teori glukostatik menjelaskan tentang inisiasi, dan penghentian makan. Sedangakan teori lipostatik menjelaskan tentang pengaturan makan jangka panjang.

Yang ketiga yaitu Perspektif Insentif-Positif
Manusia dan Binatang - binatang lain normalnya tidak terdorong untuk makan oleh defisit energi, melainkan adanya rasa senang dan diantisipasi dengan makan, hal ini disebut dengan perspektif insentif-positif. Menurut perspektif insentif-positif adanya keberadaan makanan baik lah yang memunculkan dorongan bukan oleh defisit energi. Ada juga faktor lain yang mempengaruhi nilai insentif-positif nya, misal cita rasa dan sebagainya.

Sebenarnya kapan ya rasa lapar dapat terjadi ?
Kuncinya adalah kita dapat memahami bahwa makan besar bisa menimbulkan stress pada tubuh. Sebelum makan cadangan energy tubuh berada dalam keadaan keseimbangan homeostatic yang baik, ketika makan besar dikonsumsi, terjadi influx bahan bakar yang mengganggu homeostatis ke dalam aliran tubuh. Tubuh memasuki fase sefalik dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak influx yang mengganggu homeostatis yang segera tiba dan melepaskan insulin ke dalam darah dan mengurangi glukosa darah. Perasaan lapar yang kuat dan tidak menyenangkan bukanlah berasal dari tubuh anda yang meminta makanan melainkan sensasi persiapan tubuh untuk makanan yang diperkirakan mengganggu homeostatis. Rasa lapar sebelum makan disebabkan ekspektasi akan makanan bukan oleh deficit energy. 

Lalu, faktor apa yang mempengaruhi seberapa banyak kita makan ?
1. Sinyal kenyang
Makanan diusus dan glukosa yang masuk kedalam darah dapat menginduksi sinyal kenyang, yang menghambat konsumsi berikutnya. Sinyal ini bergantung pada volume dan nutritive density (kepadatan nutritive, volume kalori per unit).

2. Sham eating 
Studi tentang ini mengindikasikan bahwa sinyal kenyang dari usus atau darah belum tentu bisa langsung menghentikan makan. Weingarten dan kulinovsky menyimpulkan bahwa banyaknya makanan yang kita makan banyak dipengaruhi oleh pengalaman kita sebelumnya dengan efek psikologis makanan itu, bukan oleh efek segera.

3. Appetizer effect dan rasa kenyang
Biasanya saat kita pergi ke pesta kita akan dihidangkan beberapa appetizer, kita mungkin beranggapan bahwa makanan itu bisa mengganjal rasa lapar yang ada, namun sebaliknya appetizer justru meningkatkan rasa lapar jika dikonsumsi sebelum makanan utama.

4. Besarnya porsi makan dan rasa kenyang
Terdapat penelitian yang menunjukkan jika semakin banyak porsinya, kita cenderung makan lebih banyak, terdapat pula bukti bahwa kita akan makan lebih banyak jika menggunakan sendok berukuran besar.

5. Pengaruh social dan rasa kenyang
Pengaruh social juga berpengaruh, seberapa kita makan dapat dilihat dari apakah kita makan sendiri atau bersama-sama. 

Wah, tidak menyangka ya ternyata ada juga teori psikologi yang menjelaskan tentang rasa lapar. Jadi nambah pengetahuan kan ? Perlunya makan bagi tubuh itu penting ya. Jangan menunda untuk makan, karena banyak sekali gangguan makanan. Gangguan makanan ? Next, aku bakal kasih tahu lebih lengkapnya. 


Selamat membaca! 

Sumber:
Pinel, John P.J. 2009. Biopsikologi Edisi Ketujuh, Editor, Yogyakarta (ID) : Pustaka Pelajar
Kalat, J.W. (2012).Biopsikologi:Biological Psychology. Jakarta : Salemba Humanika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bertambah Dewasa

Kalau kata Nadin, " Pada akhirnya kami semua berkawan dengan sebentar ". Yaa mungkin benar adanya kata itu. Kata nadin, " Kit...