Selasa, 15 Mei 2018

Nestapa Terkurung Lara

Sebagaimana aku menyikapi tawa
Dikemas bentuk suka yang berduka
Seolah ratapan penuh murka
Penuh air mata tanpa diseka
Jatuh tersungkur diatas tanah
Gugur penuh amarah
Tumbang tanpa pasrah
Terbuang bagai sampah
Inilah aku yang terlalu patah
Selalu berlindung dalam hati yang mengalah
Bayang fana tak tahu arah
Nestapa kian menjamah

Terlalu larut aku dalam keadaan

Hingga berujung kedukaan
Apakah ini sebuah keadilan?
Nyatanya sebuah kerinduan
Terlebih lagi jika itu kehampaan
Haruskah dipertanyakan?

Sebenarnya aku pun merasa

Takut menyesal dengan takdir semata
Semena saja terus dipandang hina
Apalagi melangkah tanpa raga
Ahh,
Bisa jadi aku dibunuh hilang nyawa

Hey, lihat aku bersimpah darah

Memanggil namamu amat mendesah
Apa kau tak punya rasa gundah?
Bahkan untuk menengokpun begitu susah
Tapi tenang kau tak usah resah
Masih banyak kawan berteman lelah
Akupun salah satunya

Begitu banyak derita 

Yang tlah ku rajut menjadi cerita
Entah itu maya atau nyata
Yang jelas aku penikmat semesta
Meski dirundung lara gulita
Namun itulah tanda cinta

Tapi jangan bicara tentang hati

Jika yang kau ungkap hanyalah parodi
Itu sama saja dengan sebuah diksi
Tak ada guna dan isi
Mungkin airmata ini tak akan berhenti
Bila kau ucap selamat tinggal lalu pergi
Tinggallah aku sendiri
Berkawan dengan sepi
Dan, sampailah aku bertemu kau nanti,
Apa aku masih menjadi pelipur hati?
Itu Ironi...

-md-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bertambah Dewasa

Kalau kata Nadin, " Pada akhirnya kami semua berkawan dengan sebentar ". Yaa mungkin benar adanya kata itu. Kata nadin, " Kit...